• West Java Kingdom


    Kerajaan di Barat Jawa
    Penelusuran Sejarah antara Legenda dan Fakta

  • West Java Kingdom

    Search of the History between Legend and Fact

  • West Java Kingdom

    Seni, Tradisi, Budaya, dan Wisata Sejarah

Posted by Unknown
No comments | 3:39 PM
Kerajaan Indraprahasta merupakan kerajaan yang terletak di daerah sekitar Cirebon Girang atau Cirebon Selatan (sekaran Kabupaten Cirebon). Kerajaan ini didirikan pada tahun 363 oleh Maharesi Sentanu. Maharesi ini merupakan pengungsi yang berasal dari lembah sungai Gangga (India), yang terusir akibat peperangan negerinya melawan Kerajaan Samudragupta Maurya. 

Sebelum tiba di barat Jawa, Maharasi Sentanu sempat singgah di Benggala dan Sri Lanka. Kemudian ketika menginjakan kakinya di daerah Cirebon (saat itu merupakan wilayah kekuasaan Salakanagara), beliau diizinkan oleh Dewawarman VIII (saudaranya yang menjabat sebagai raja Salakanagara) untuk mendirikan sebuah desa di lereng gunung Ciremai, yang kemudian diberi nama Hindu yaitu gunung Indrakila. Dari pemukiman itulah akhirnya berkembang menjadi kerajaan yang diberi nama Indraprahasta.

Untuk mengenang tanah asalnya, Maharesi Sentanu menamai sungai Cirebon yang mengalir di wilayah itu dengan sebutan sungai Gangga. Bagian alur sungai tersebut diperlebar dan diperdalam sehingga menyerupai danau. Sungai Gangga ini merupakan reduplikasi dari sungai “suci” Gangga yang berada di India. Karena nilai “kesucian” dari sungai Gangga di India, maka sungai Gangga yang berada di Indraprahasta pun dianggap suci oleh penganut agama Hindu di pulau Jawa. Bahkan raja-raja di sekitar Indraprahasta kerap melakukan upacara mandi suci di sungai ini. dengan demikian Indraprahasta saat itu menjadi pusat kegiatan agama Hindu di barat Jawa.

Meskipun hanya merupakan kerajaan daerah, namun Kerajaan ini cukup terpandang dikarenakan raja-rajanya yang berkuasa memiliki hubungan kekerabatan dan persahabatan dengan raja-raja yang berkuasa di kerajaan besar saat itu (Salakanagara dan Tarumanagara).

MAHARESI  SENTANU  (363 – 398)
Raja Indraprahasta pertama ini bergelar Praburesi Indraswara Sakala Kretabuwana.
Maharesi Sentanu menikah dengan  Dewi Indari (puteri ketiga dari Raja Salakanagara yaitu Dewawarman VIII).

JAYASATYANAGARA  (398 – 421)
Raja ini adalah raja Indraprahasta ke-2 dan merupakan putera sulung dari pasangan Maharesi Sentanu dan Dewi Indari. Di masa kekuasaan Jayasatyanagara, tepatnya pada tahun 399, Kerajaan Indraprahasta ditundukan oleh Purnawarman (Raja Tarumanagara ke-3) dan akhirnya menjadi kerajaan bawahan dari Tarumanagara.
Permaisuri Jayastyanagara bernama Ratna Manik (puteri Wisnubumi / raja kerajaan Malabar). Dari pernikahan dengan Ratna Manik, mereka dikaruniai anak yang bernama  Wiryabanyu.

PRABU  WIRYABANYU  (421 – 444)
Beliau diangkat sebagai raja Indraprahasta ke-3. Kekuasaan Prabu Wiryabanyu sejaman dengan kekuasaan Wisnuwarman di Tarumanagara. Dalam masa kekuasaannya, Prabu Wiryabanyu dibantu oleh beberapa bawahan yang setia antara lain :
·         Menteri Tanda, dipegang oleh Tunggulwesi
·         Menteri Tua, dipegang oleh Jayadewa
·         Menteri Muda, dipegang oleh Wisagni
·     Utusan Kerajaan (pranala), dipegang oleh adiknya yang bernama Prabu Sela Lingganagara
·         Kepala Urusan Istana, dipegang oleh Tapak Batara
·         Panglima Pasukan, dipegang oleh Ragabelawa
·         Panglima Pasukan Laut, dipegang oleh Limbursakti
·         Panglima Wadana, dipegang oleh Tambak Giri

Di samping sebagai kerajaan bawahan Tarumanagara yang setia, Prabu Wiryabanyu merupakan sahabat dari Wisnuwarman (Raja Tarumanagara ke-4).  Karena itu, Indraprahasta selalu siap setiap saat memberikan bantuan kepada Tarumanagara bila diperlukan. Salah satu contoh dari bentuk pengabdiannya ini terlihat ketika tahun 437, di Tarumanagara terjadi pemberontakan Cakrawarman (adik Purnawarman yang memberontak karena menginginkan tahta Tarumanagara yang saat itu telah dipegang oleh Wisnuwarman).  Wisnuwarman meminta bantuan dari Kerajaan Indraprahasta yang memiliki pasukan perang sangat tangguh untuk  menyerbu Cakrawarman yang melarikan diri ke wilayah Girinata (kini diperkirakan terletak di wilayah Palimanan, Cirebon dan saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Indraprahasta). 

Pasukan Kerajaan Indraprahasta berangkat ke Girinata dengan menggunakan barisan pedati dan perahu sebagai pengangkut pasukan. Dengan kekuatan penuh, pasukan yang dipimpin langsung oleh Prabu Wiryabanyu dan dibantu panglima Sang Ragabelawa serta panglima pasukan laut Sang Limbursakti, berhasil menggempur dan menghabisi komplotan Cakrawarman hingga tuntas. Keberhasilan ini tak lepas dari strategi perang yang hebat dari Prabu Wiryabanyu dan jumlah pasukan tambahan yang datang dari 6 kerajaan (bawahan Tarumanagara lainnya) serta bantuan moril dari pendeta Wisnu yang bernama Brahmanaresi Samhitaka (penanggung jawab pertapaan di Sungai Gangga).

Melalui jasanya ini, para petinggi Indraprahasta kemudian diangkat oleh Wisnuwarman sebagai pengganti jabatan para panglima tinggi Tarumanagara yang selama ini memihak pada sang pemberontak Cakrawarman. 

Wiryabanyu, memiliki permaisuri yang bernama Nilem Sari (dari Kerajaan Manukrawa). Dari pernikahannya itu, Prabu Wiryabanyu memperoleh anak yang bernama Suklawatidewi dan Warmadesaji. Suklawatidewi akhirnya diperistri oleh Wisnuwarman, kelak dari pernikahan ini lahirlah raja Tarumanagara selanjutnya yang bernama Indrawarman. Sedangkan Warmadesaji menjadi penerus tahta Indraprahasta.


PRABU WARMADESAJI  (444 – tak diketahui akhir pemerintahannya)
            Merupakan raja Indraprahasta ke-4. Beliau memiliki putera yang bernama Rakhariwangsa, yang meneruskan kepemimpinannya.
 
PRABU RAKHARIWANGSA       
Merupakan raja Indraprahasta ke-5. Beliau memiliki permaisuri yang berasal dari Sanggarung, dari pernikahannya ini, beliau memiliki puteri yang bernama Rasmi.
Karena itulah, penerus tahta Indraprahasta selanjutnya jatuh pada suami dari Rasmi.

PRABU  TIRTAMANGGA 
Merupakan raja Indraprahasta ke-6. Beliau merupakan suami dari Rasmi (puteri Prabu Rakhariwangsa).
Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai 2 orang putera yang bernama Astadewa dan Jayagranagara.

PRABU  ASTADEWA       
Merupakan raja Indraprahasta ke-7. Beliau merupakan putera sulung dari Tirtamangga. Dari pernikahannya, beliau memiliki putera yang bernama Padmayasa, yang menggantikan kedudukannya.
Ketika wafat, tahtanya jatuh pada tangan adiknya, karena kemungkinan Padmayasa belum cukup umur.

PRABU  JAYAGRANAGARA      
Merupakan raja Indraprahasta ke-8. Beliau merupakan anak ke-2 dari Tirtamangga. Ketika Padmayasa telah cukup umur, maka tahtanya kembali diserahkan pada keponakannya.

PRABU  PADMAYASA     
Merupakan raja Indraprahasta ke-9. Beliau memiliki putera yang bernama Andhabuana.

PRABU ANDHABUANA   
Merupakan raja Indraprahasta ke-10. Beliau memiliki putera yang bernama Wisnumurti.

PRABU WISNUMURTI  (636 – 611)
            Merupakan raja Indraprahasta ke-11. Raja ini memiliki puteri yang bernama Ganggasari, kemudian puterinya ini diperistri oleh Linggawarman (Raja Tarumangara terakhir). Dari pernikahan puterinya tersebut, maka selanjutnya akan menurunkan keturunan raja-raja pada 2 kerajaan besar di Nusantara, yaitu Kerajaan Sunda dan Sriwijaya.
            Sedangkan anaknya yang ke-2 bernama Tunggulnagara, yang kemudian meneruskan tahta Indraprahasta.

PRABU TUNGGULNAGARA  (611 – 707)
Merupakan raja Indraprahasta ke-12. Beliau memiliki putera yang bernama Padmahariwangsa.

RESI  PADMAHARIWANGSA  (707 – 719)
            Padmahariwangsa adalah raja Indraprahasta ke-13. Disaat beliau berkuasa, kekuasaan Kerajaan Tarumanagara telah dibagi dua kepada Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dimana sungai Citarum sebagai batasnya. Dengan demikian Kerajaan Indraprahasta yang awalnya merupakan kerajaan bawahan Tarumanagara otomatis menjadi bawahan Kerajaan Galuh, karena lokasi Indraprahasta berada di sebelah timur Citarum.
            Raja ini menjadi bagian sejarah dalam perebutan kekuasaan di Kerajaan Galuh. Resi Padmahariwangsa termasuk pada salah satu tokoh yang mendukung Purbasora ketika melakukan kudeta terhadap Bratasenawa.
Resi Padmahariwangsa memiliki 3 orang anak, antara lain :
1.  Citrakirana, kemudian puteri ini menikah dengan Purbasora (raja Galuh ke-4).
2.  Wiratara, penerus tahta Kerajaan Indraprahasta.
3. Ganggakirana, kemudian menikah dengan Adipati Kosala (raja Kerajaan Wanagiri).

WIRATARA  (719 - 726)
            Wiratara dinobatkan menjadi raja Indraprahasta ke-14, karena kakak sulungnya telah menikah dengan Purbasora dan menjadi raja Kerajaan Galuh.
            Hubungan kerjasama Indraprahasta dengan Galuh saat terjadinya kudeta yang dilakukan Purbasora kepada Bratasenawa akhirnya berdampak buruk bagi Kerajaan Indraprahasta.
            Wiratara yang saat terjadinya kudeta bertindak sebagai salah satu senapati pembela Purbasora akhirnya harus berhadapan dengan pasukan Sanjaya (anak Bratasenawa) yang telah berhasil merebut kembali Galuh dan membunuh Purbasora pada tahun 726. Kerajaan Indraprahasta akhirnya hancur di luluh lantakan oleh Sanjaya yang saat itu juga telah menjadi raja Kerajaan Sunda. Wiratara selaku raja ikut tewas dalam pertempuran tersebut.
            Akhirnya di masa kekuasaan Wiratara, Kerajaan Indraprahasta hancur, dimana keraton dan seluruh pembesar kerajaan beserta penduduknya binasa tanpa sisa seakan-akan di wilayah tersebut tak pernah ada kerajaan yang pernah berdiri.
Bekas kawasan Kerajaan Indraprahasta, kemudian oleh Sanjaya diberikan kepada Adipati Kosala (Raja Kerajaan Wanagiri).

0 comments:

Post a Comment

kembali ke atas
Bandung Cyber City
Persib History
Republik Design