Lokasi kerajaan ini diperkirakan di Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis. Raja dari kerajaan ini yang terkenal adalah Sanghiyang Borongsora, pada masa kepemimpinan beliau, kerajaan Panjalu mencapai puncak kejayaannya. Beliau turun tahta untuk kemudian berkelana, harta warisan peninggalannya berupa pedang panjang berkait dan berbagai senjata pusaka lainnya. Benda-benda ini sekarang masih tersimpan di Bumi Alit Panjalu, dan hanya dikeluarkan pada saat upacara nyangku (dilakukan setahun sekali). Nyangku berasal dari bahasa Arab yaitu “yanko”, yang artinya membersihkan. Di Desa Panjalu, Nyangku berarti membersihkan benda-benda pusaka peninggalan para leluhur. Dalam arti yang lebih luas, upacara ini bermakna pembersihan diri manusia. Air yang digunakan untuk mencuci pusaka tersebut, diambil dari 9 mata air, yang seluruhnya terletak di sekeliling Desa Panjalu. Kesembilan mata air ini konon tidak pernah kering, walau musim kemarau sekalipun. Hanya kuncen atau juru kunci dan sesepuh desa yang berhak mengambil air dari sini.
Setelah Sanghiyang Borongsora wafat tahta Panjalu diserahkan pada anaknya yang bernama Prabu Dipati Haryangkancana. Ketika Prabu Dipati Haryangkancana wafat, beliau dimakamkan di Nusa Gede (pulau di tengah-tengah Situ Panjalu).
0 comments:
Post a Comment