Pada bagian ini, saya menyajikan ringkasan cerita-cerita yang merupakan legenda di tanah Sunda. Pengarang cerita-cerita tersebut mengambil “dasar” cerita dari peristiwa yang terjadi sebenarnya, namun untuk membuat fakta tersebut menjadi lebih menarik, para pengarang menambahkan unsur-unsur yang dibuat sesuai dengan daya imajinasinya.
Karena cerita-cerita tersebut mengambil tokoh-tokoh beserta setting yang sebenarnya, maka sebagian masyarakat Sunda ada yang mempercayai cerita-cerita legenda tersebut adalah kejadian yang sebenarnya, tanpa menyadari bahwa cerita tersebut telah direkayasa oleh pengarangnya.
Sebagai karya sastra, tentu cerita legenda-legenda tersebut layak untuk disimak, tetapi apabila legenda-legenda tersebut dijadikan pengisi data sejarah yang kosong / belum tergali, tentunya hal ini wajib untuk diluruskan.
- Cerita “Tangkuban Perahu” mengambil setting pada zaman batu madya (10 ribu sampai 4000 tahun yang silam). Pada zaman inilah, dataran tinggi Bandung terbentuk akibat dari letusan gunung berapi. Letusan ini juga menyebabkan terbentuknya Danau Bandung. Tokoh sentral cerita ini adalah Sangkuriang dan Dayang Sumbi, diperkirakan hanyalah fiktif belaka. Namun saya memiliki asumsi bahwa cerita ini kaya akan filosofis.
- Cerita “Lutung Kasarung” merupakan legenda yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Sunda. Cerita ini mengambil inti cerita ketamakan seorang kakak pada adik dalam hal menguasai tahta kerajaan. Kemungkinan besar, pengarang cerita ini terilhami oleh kejadian nyata mengenai perebutan tahta antar saudara kandung yang sering terjadi pada kerajaan-kerajaan di barat Jawa, sehingga terciptalah sebuah kisah yang dibumbui oleh berbagai keajaiban sesuai imajinasi pengarangnya.
- Cerita “Ciung Wanara” ada kesamaan peristiwa dengan yang terjadi di Kerajaan Sunda-Galuh, coba lihat versi yang (menurut saya) lebih nyata di tulisan Kerajaan Sunda.
- Cerita “Prabu Siliwangi Ngahiang” diadopsi dari tokoh Jayadewata / Sri Baduga Maharaja (Raja Pajajaran). Raja ini kemudian dalam karya sastra dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi. Cerita ini diambil ketika penyebaran agama Islam begitu gencar dilaksanakan oleh Kesultanan Cirebon. Karena Sri Baduga Maharaja tidak mau masuk Islam sesuai anjuran anaknya, maka para sastrawan saat itu merekayasa dengan kisah Prabu Siliwangi Ngahiang. Sebenarnya “ngahiang” itu sendiri adalah kembali kepada Hiyang (Tuhan) atau dengan kata lain wafat, bukan ngahiang yang berarti tilem atau menghilang.
- Cerita “Nyi Loro Kidul” memiliki berbagai versi cerita, legenda Penguasa Laut Selatan ini tetap hidup secara turun-temurun pada masyarakat, khususnya kaum nelayan dan penduduk sepanjang pantai selatan pulau Jawa. Menurut cerita dari suku Jawa, Nyi Loro Kidul adalah tokoh yang benar-benar ada dan merupakan puteri dari Keraton Mataram yang menolak masuk Islam. Sedangkan menurut legenda masyarakat pesisir selatan Jawa Barat, Nyi Loro Kidul adalah puteri dari Prabu Siliwangi yang diusir dari istana karena mengidap penyakit kulit. Karena kedua sumber cerita itu tidak disertai dengan data sejarah yang konkrit, maka lebih baik kita hanya sekedar mengetahui saja tanpa harus mempercayai cerita legenda yang penuh dengan “keajaiban” itu. Rangkuman cerita yang akan dimuat pada bab ini merupakan versi Jawa Barat.
- Cerita “Mundinglaya Di Kusumah” diadopsi dari tokoh Prabu Surawisesa (Raja Pajajaran) saat ditugaskan oleh ayahnya (Sri Baduga Maharaja) untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan Portugis di Malaka. Kepergiannya ke Malaka tersebut kemudian oleh penyair saat itu direkayasa menjadi kepergian Surawisesa ke Kerajaan Langit, sedangkan nama Surawisesa sendiri diubah dengan sebutan Guru Gantangan atau Mundinglaya di Kusumah.
- Cerita legenda “Asal Muasal Suku Baduy” diadopsi dari tokoh Arya Surajaya / Prabu Pucuk Umum (Raja Banten Pasisir yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Raja-Raja Pajajaran) yang saat itu mengalami kekalahan atas penyerangan dari Demak, Cirebon, dan rakyat Banten yang tidak menghendaki beliau menjadi raja di wilayah Banten. Arya Surajaya kemudian bersama keluarga, pembesar keraton, dan rakyatnya melarikan diri ke hutan-hutan rimba dan sebagian lagi menuju kerajaan Tanjung Jaya dan Pakuan. Yang melarikan diri ke hutan belantara kemudian oleh para sesepuh jaman dahulu dibumbui dengan cerita yang “ajaib” sebelum akhirnya mendirikan komunitas Baduy.
- Cerita “Nyi Badariah” adalah legenda yang menceritakan asal muasal ditemukannya 7 mata air yang terdapat di Kampung Gintung, Desa Banjarsari, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Cerita legenda tersebut mengambil setting pada masa Kesultanan Banten, namun tidak disebutkan siapa nama pangeran dari Kesultanan Banten yang akhirnya menikahi Nyi Badariah tersebut. Diduga, cerita ini hanyalah rekaan semata dari pengarangnya.
- Cerita “Talaga Warna” adalah legenda yang menceritakan pembentukan telaga tersebut. Kini telaga tersebut dijadikan salah satu tempat rekreasi yang terletak di Cipanas. Cerita tersebut mengambil setting jaman kerajaan, tetapi tidak disebutkan nama kerajaan tersebut.
0 comments:
Post a Comment