Bagi para pecinta sejarah Sunda yang sedang mengunjungi Bogor, tidak ada salahnya untuk mengunjungi sebuah daerah di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari. Dari pusat kota Bogor lokasi ini bisa kita tempuh sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan. Daerah yang kini dijadikan kampung budaya tersebut bernama Sindang Barang.
Riwayat Kerajaan Sindang Barang
Sindang Barang diperkirakan sudah ada sejak jaman Kerajaan Sunda. Ketika pusat kerajaan Sunda berada di Pakuan (pada periode abad ke 12) sampai jaman Kerajaan Pajajaran yang selalu menetap di Pakuan,Sindang Barang menjadi kerajaan kecil yang memiliki garis kekerabatan dengan kerajaan pusat. Ditambah lagi jarak yang sangat dekat (secara geografis) dengan ibukota Pakuan, membuat Sindang Barang memiliki peranan penting bagi Kerajaan Pajajaran.
Raja dari kerajaan Sindang Barang yang paling terkenal adalah Surabima Panjiwirajaya atau juga dikenal dengan nama Amuk Murugul, seorang raja yang masa mudanya dikenal sebagai ksatria pemberani dan memiliki ilmu bela diri yang mumpuni.
Sebagai kerajaan bawahan yang loyal, Sindang Barang yang beribukota Kuta Barang ini dijadikan “kawah candradimuka” atau pusat pelatihan dari para ksatria Pajajaran. Selain itu, di kerajaan kecil ini, Pajajaran memiliki aset berupa sebuah keraton. Keraton ini kerap ditempati oleh Permaisuri Prabu Jayadewata (Prabu Siliwangi) yang bernama Kentring Manik Mayang Sunda. Tidak heran apabila Prabu Surawisesa (raja Pajajaran berikutnya yang merupakan putra Prabu Jayadewata dari permaisuri Kentring Manik Mayang Sunda) lahir dan besar di kerajaan ini.
Sisa Peninggalan Kerajaan
Wisata Sejarah Kampung Sindang Barang memberikan angin segar diantara minimnya peninggalan kerajaan di barat Jawa. Kampung ini meskipun mungkin sudah tidak sesuai 100% dari aslinya, namun Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Pemkab Bogor dibantu oleh para ahli sejarah, mencoba untuk menjaga peninggalan-peninggalan asli seperti Taman Sri Bagenda, puluhan Punden Berundak, serta ditunjang oleh bangunan baru yang dibuat berdasarkan riset sehingga kampung ini tetap memiliki nilai historis yang tinggi.
Suasana alam yang dipelihara kealamiannya ini, mempertahankan hamparan sawah dan sungai serta ditambah rumah tradisional Sunda lengkap dengan hawu dan suasana klasik penduduk desa yang menumbuk padi. Begitu pula dengan kesenian yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kampung budaya ini, termasuk upacara adat seperti Seren Taun setiap musim panen tiba.
Tak perlu khawatir jika anda berkunjung tidak menemukan informasi yang cukup mengenai sejarah, karena disana anda dengan mudah menemui beberapa tetua kampung (kokolot) yang dengan ramah bercerita mengenai sejarah Sindang Barang bahkan Pajajaran. (WJK News)
0 comments:
Post a Comment