• West Java Kingdom


    Kerajaan di Barat Jawa
    Penelusuran Sejarah antara Legenda dan Fakta

  • West Java Kingdom

    Search of the History between Legend and Fact

  • West Java Kingdom

    Seni, Tradisi, Budaya, dan Wisata Sejarah

Posted by Unknown
No comments | 11:26 PM
WEST JAVA KINGDOM
Sering kita jumpai, orang-orang yang berada di Jawa Barat dalam kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia baik di lingkungan umum maupun rumah. Alasan mereka tidak menggunakan bahasa Sunda karena takut salah, sebenarnya mereka bisa menggunakan atau hanya mengerti bahasa Sunda, hanya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui undak usuk (tingkatan) dalam berbahasa.
Atau apabila kita kebetulan mendengar percakapan dari suku Baduy, maka yang ada di benak kita adalah mereka menggunakan bahasa Sunda yang terdengar kasar, bahkan mungkin ada sebagian dari kita yang mengatakan bahwa suku Baduy tidak mengenal sopan santun (dari perspektif bahasa).
Bahasa Sunda yang kita kenal sekarang memang memiliki tingkatan bahasa, berbicara kepada orang-orang yang lebih tua atau yang kita hormati berbeda dengan bahasa yang kita ucapkan pada teman sebaya. Kini bahasa Sunda mengenal tingkatan seperti bahasa halus sekali, halus, sedang, kasar, dan kasar sekali.

Asal Muasal Tingkatan Bahasa Sunda

Yang akan kami bahas sekarang adalah asal muasal tingkatan dalam bahasa Sunda sehingga menjadi sebuah bahasa yang kita kenal sekarang. Tingkatan dalam bahasa Sunda baru, muncul sekitar abad ke-17-18 M. Sementara bahasa Sunda periode-periode sebelumnya, sama sekali tidak memiliki tingkatan bahasa. Baik itu raja, lingkungan keraton, sampai ke rakyat biasa, mereka menggunakan bahasa yang sama. Percakapan antara atasan-bawahan dan juga sebaliknya  tetap menggunakan bahasa yang sama tanpa ada istilah apakah itu sopan atau tidak sopan.

Sekalipun di zaman kerajaan-kerajaan barat Jawa mengenal penggolongan kasta, namun dalam urusan berbahasa mereka lebih demokratis, ada kesejajaran harkat derajat dalam urusan berbahasa.
Lalu apa yang melatar belakangi pergeseran bahasa atau lebih tepatnya terjadi revolusi dalam bahasa Sunda? Jawaban paling tepat dikarenakan adanya pengaruh dari budaya luar yang datang ke bumi Parahyangan. Itu terjadi ketika Pajajaran runtuh di abad ke 16 oleh serangan Kesultanan Banten.Sejak saat itu kekuasaan beralih kepada Banten dan Cirebon.

Seperti yang kita tahu, Banten dan Cirebon saat itu memiliki kedekatan dengan Mataram, bahkan pada perkembangan berikutnya (abad 17-18) justru Mataram yang lebih dominan memiliki peranan di Barat Jawa. Karena pengaruh Mataram dalam bidang politik di tanah Sunda itulah, kemudian bahasa Sunda pun menjadi terpengaruh oleh bahasa Jawa (bahasa resmi dari Mataram). Kecuali suku Baduy, mereka adalah suku “asli” Sunda yang mengasingkan diri setelah era Pajajaran tamat, mereka hingga kini setia menggunakan bahasa asli leluhur Sunda.

Di hampir sebagaian besar daerah di barat Jawa saat itu, Bahasa Jawa menjadi bahasa wajib/pengantar antara keraton Mataram (sebagai pusat) dengan pemimpin-pemimpin wilayah kekuasaanmereka di Barat Jawa. Karena itu, bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa kaum bangsawanyang memiliki gengsi tersendiri. Tidak hanya digunakan oleh pemimpin daerah dan pusat, tapi juga harus dipelajari oleh lapisan bawah.

Perlu diketahui mengenai politik saat itu, derajat penguasa dan rakyat biasa, tidak sama seperti yang terjadi sekarang (pemimpin dan rakyat), tapi lebih cenderung seperti layaknya Penjajah dan yang dijajah. Penguasa masa lalu sangat memiliki kekuasaan yang absolut. Sehingga segala kebiasaan yang dilakukan penguasa (kebudayaan dari tempat penguasa berasal) harus diterapkan juga di masyarakat terbawah sebagai “masyarakat terjajah”. Bahkan terkadang justru “masyarakat terjajah” yang dengan rela hati mengikuti budaya penjajah.

Penguasa di wilayah jajahan, hampir dipastikan selalu memiliki karakter untuk mendominasi, serta harus menunjukkan bahwa ia memiliki derajat yang lebih tinggi dihadapan rakyat jelata. Bahasa yang memiliki peranan penting dalam menyampaikan sebuah pesan atau maksud dijadikan alat untuk mengukuhkan eksistensi mereka di wilayah kekuasaan.

Karakteristik bahasa Jawa yang sudah terlebih dahulu menggunakan tingkatan bahasa, membuat masyarakat Sunda ikut terbiasa dengan hal tersebut. Dari situ muncul “bahasa baru” yaitu bahasa Sunda yang tersekat-sekat. Bahasa Sunda lama pun kian hari kian pudar, yang ada sekarang tinggal bahasa warisan dari Mataram, yang kemudian “dilestarikan” oleh Pemerintah kolonial Belanda. Sementara bahasa Sunda lama, yang tersisa hanya beberapa kosa kata saja, itupun kebanyakan berada di tingkatan bahasa kasar. (WJK News)

siya = kamu
kawula = saya
beja = berita
titah= perintah

0 comments:

Post a Comment

kembali ke atas
Bandung Cyber City
Persib History
Republik Design