Kerajaan Sindangkasih merupakan Kerajaan Hindu Terakhir di wilayah Majalengka. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1480, di Desa Sindangkasih (3 Km dari kota Majalengka ke Selatan) dengan daerahnya meliputi Sindangkasih, Kulur, Kawunghilir, Cieurih, Cicenang, Cigasong, Babakanjawa, Munjul dan Cijati.
Raja dari Kerajaan Sindangkasih yang terkenal adalah bernama Nyi Ambet Kasih (istri Prabu Sliliwangi) yang masih teguh memeluk Agama Hindu. Kerajaan ini juga merupakan kerajaan bawahan dari Pajajaran.
Kedatangan Nyi Ambet Kasih dari Pakuan ke wilayah Majalengka ini bermula ketika beliau ingin menemui salah seorang saudaranya yang bernama Raden Munding Sariageng (suami dari Ratu Mayang Karuna anak dari Batara Gunung Picung, Raja Talaga pertama) yang waktu itu berada di Kerajaan Talaga. Akan tetapi, di perbatasan antara Majalengka - Talaga, Nyi Ambet Kasih mendengar bahwa di daerah tersebut agama Islam telah masuk. Dikarenakan beliau sangat taat pada ajaran Hindu, maka Nyi Ambet Kasih mengurungkan maksudnya untuk berkunjung ke Talaga.
Dari kejadian tersebut, maka Nyi Ambet Kasih memilih menetap di daerah Sindangkasih. Pemerintahan dari Nyi Ambet Kasih ini sangat baik terutama untuk masalah pertanian. Beliau sangat memperhatikan sektor pertanian, karena itu beliau membangun pengairan secara teratur dari Beledug-Cicurug-Munjul.
Pemerintahan Nyi Ambet Kasih menjadi terjepit oleh pengaruh agama Islam, dikarenakan Dalem Panuntun (putera dari Raden Rangga Mantri, Raja Talaga ke-9 yang sudah Islam) diperintahkan oleh ayahnya untuk menjadi Dalem di Majalengka (lihat Kerajaan Talaga, sub- Raden Rangga Mantri / Prabu Pucuk Umum). Kemudian utusan dari Cirebon yang bernama Pangeran Muhammad dan istrinya Siti Armilah (Gedeng Badori), diperintahkan untuk mendatangi Nyi Ambet Kasih dengan maksud agar Ratu beserta seluruh Kerajaan Sindangkasih untuk masuk agama Islam dan menyerahkan Kerajaan Sindangkasih untuk masuk kawasan ke Kesultanan Cirebon. Nyi Ambet Kasih menolak tawaran tersebut, sehingga timbul pertempuran antara pasukan Sindangkasih dengan pasukan Kesultanan Cirebon. Akhirnya Kerajaan Sindangkasih menyerah dan di-Islam-kan, sedangkan Nyi Ambet Kasih tetap memeluk agama Hindu.
Pada saat Pajajaran runtuh, Kerajaan Sindangkasih beralih statusnya menjadi kerajaan dibawah kekuasaan Sumedanglarang. Namun, pada perkembangan selanjutnya, tepatnya pada tahun 1583, wilayah Kerajaan Sindangkasih diserahkan Sumedanglarang pada Kesultanan Cirebon dikarenakan untuk mencegah pertikaian yang lebih besar antara Sumedanglarang dengan Kesultanan Cirebon (lihat Kerajan Sumedanglarang, sub- Prabu Geusan Ulun).
Assalamu'alaikum !
ReplyDeleteHatur nuhun kana pedarannana ,
Was !.
Sukapura Kaler, 250313, 15.05, Senen.
Ass.Wr.Wb. Makam Raden Ragamantri ada di pinggir Situ Sangiang, dibawah (pinggir) makam yang biasa dijiarahi itu. Langkung saena urang piara sebagai fakta sejarah. Alhamdulillah pribados atas keinginan beliau makam beliau telah ciberi tanda dengan tiga buah batu.
ReplyDeleteSetelah membaca beberapa artikel tentang Kian Santang, belum menemukan ISTRI Kian Santang
ReplyDeleteKepada ilmuwan sejarahwan semoga ditampilkan
Istri beliau kalau ada, kalau tidak ada semoga ada keterangan hal tersebut.
Terkait Keansantang...Harus dipahami dulu...ini Keansantang Yg Mana....Yang Buhun.../H.Keansantang Langlangbuana abad VII atau Keansantang2 /H.Keansantang Cakrabuana.....karena keduanya hidup pada zaman yg berbeda dan mempunyai istri istri yang berbeda.....
ReplyDelete