Ada sedikit bukti otentik yang tak terbantahkan mengenai kebesaran seorang tokoh yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Beliau membawa negerinya pada kemakmuran dan dicintai oleh rakyatnya. Sri Baduga Maharaja adalah gelar saat penobatan, sedangkan nama asli beliau yaitu Jayadewata dengan julukan Sang Pamanah Rasa.
Tidak kita jumpai satupun peninggalan sejarah yang benar-benar otentik yang menyebutkan bahwa tokoh tersebut menamai dirinya atau menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi. Gelar yang melegenda tersebut hanya berkembang di masyarakat untuk menyebut jati diri sang raja. Hal itu bisa kita jumpai dalam karya-karya sastra dan beberapa cerita lisan yang berkembang turun temurun. Masyarakat Sunda saat itu mengenal istilah “pamali” atau tabu, mereka merasa tidak sampai hati menyebut nama langsung dari tokoh yang sangat mereka hormati. Akhirnya nama Prabu Siliwangi menjadi pilihan terbaik untuk menyebut identitas sang raja.
Siapakah Prabu Siliwangi?
Siliwangi berasal dari kata “Silih” yang berarti menggantikan dan “Wangi” yang merujuk kepada tokoh Prabu Wangi. Jadi Siliwangi adalah yang menggantikan Prabu Wangi. Prabu Wangi adalah Maharaja Niskala Wastukancana, sehingga Siliwangi merupakan penerus dari raja tersebut.
Dari mulai Maharaja Niskala Wastukancana sampai keruntuhan kerajaan di tahun 1579, Kerajaan Sunda (yang di situs ini kemudian diteruskan dengan nama Kerajaan Pajajaran) terdapat 7 nama raja yang pernah berkuasa. Jadi sampai disini, ada 7 nama yang bisa jadi merupakan Prabu Siliwangi yang disebut dalam kisah-kisah.
Pengganti langsung dari Niskala Wastukancana adalah Dewa Niskala, namun dari beberapa kisah yang kami temui mengenai Prabu Siliwangi, biografi Dewa Niskala sama sekali berbeda dengan kisah-kisah tokoh Prabu Siliwangi. Yang sangat-sangat mendekati karakter Prabu Siliwangi justru Jayadewata yang merupakan penerus dari Dewa Niskala. Sehingga beberapa peneliti sejarah mengungkapkan bahwa istilah “pengganti” ini bukan “pengganti” dalam arti penerus langsung, tapi “pengganti” dalam artian memiliki ciri yang sama dengan objek yang digantikan. Seperti yang kita tahu bahwa Niskala Wastukancana dan Jayadewata adalah 2 tokoh yang membawa kerajaan mencapai puncak kejayaan dan dicintai rakyat Sunda.
Namun, di beberapa kisah pantun serta cerita lisan yang ada, raja-raja lain setelah Jayadewata pun memiliki karakter dan cerita yang sama dengan Prabu Siliwangi (meskipun secara kuantitas, kisahnya jauh lebih sedikit dibandingkan kemiripan kisah Prabu Siliwangi dengan Jayadewata).
Dari paparan diatas kami mengidentifikasikan bahwa ada 4 kemungkinan yang berkembang di masyarakat dalam kasus ini, yaitu:
Pembengkokan Fakta Prabu Siliwangi
Merupakan suatu fitrah, ketika manusia memerlukan suatu tokoh yang dijadikan panutan. Apalagi hampir beberapa dekade ini kita seolah tidak menemukan sosok yang pantas dijadikan tuntunan atau diidolakan (diluar konteks keagamaan). Maka ketika kita menemukan suatu cerita, sekalipun cerita itu tidak jelas asal usulnya,mengenai seorang tokoh besar nan hebat (apalagi tokoh tersebut berasal dari suku kita sendiri), kita langsung menelan bulat-bulat kisah tadi. Begitu pun dengan kisah-kisah mengenai Prabu Siliwangi, sebagian dari kita seolah-olah menemukan sosok idola. Bahkan menjadi pengkultusan yang mungkin terlalu berlebihan.
Minimnya sumber dan peninggalan sejarah mengenai tokoh tersebut kerap kali menjadi objek sasaran para pegiat klenik. Mereka mendompleng kebesaran dan kehebatan tokoh Prabu Siliwangi untuk kepentingan mereka.
Atau sering juga kita saksikan di layar kaca mengenai tayangan reality show yang menampilkan orang-orang yang katanya kerasukan. Lucunya, orang yang “kerasukan” tadi menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi. Lelucon macam apa ini? Silahkan telaah lagi paparan kami diatas, bahwa tidak ada satupun raja Sunda/Pajajaran yang menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi. Dari satu kalimat itu saja sudah cukup menilai bahwa orang “kerasukan” tadi adalah orang yang sama sekali tidak mengenal realita sejarah. Atau jika memang benar ada jin yang merasuki ke diri orang tersebut, maka kami simpulkan bahwa jin tersebut tidak cukup pintar untuk mengelabui kami. Jangan tertipu!
Kisah-kisah lain yang lumayan sudah mendarah daging adalah kisah mengenai menghilangnya Prabu Siliwangi, memindahkan kerajaan ke dimensi lain, pertikaian dengan sang anak (Kian Santang) yang berbuntut dengan Prabu Siliwangi dikejar-kejar oleh anaknya itu, dan masih banyak rumor lain yang berkembang, yang seharusnya kita sebagai manusia yang dianugerahi nalar perlu menelaah terlebih dahulu kisah-kisah tadi, sebelum kita menganggap bahwa kisah-kisah tersebut adalah fakta sejarah.
Kisah penting lainnya mengenai Prabu Siliwangi adalah cerita yang mulai tersiar luas bahwa Prabu Siliwangi sebenarnya memeluk agama Islam. Secara bukti historis (yang otentik) kami pastikan tidak ada mengenai hal itu. Maaf, ini bukan perkara sentimen agama. Kami muslim, kami mencintai dan menghormati Prabu Siliwangi, tapi untuk kisah-kisah yang dipaksakan jelas-jelas kami tolak. Tanpa kisah itu, Islam sudah cukup besar dengan segala kebesarannya, Prabu Siliwangi sudah cukup hebat dengan segala sepak terjangnya. bagi kami itu sudah cukup, tidak perlu ada penggabungan kisah yang kesannya dipaksakan.
Mengenai Prabu Siliwangi beragama Islam, bukan berarti kami menutup mata dan telinga, namun sejauh ini kami tidak berpegang pada pemikiran saudara kita yang memiliki keyakinan seperti itu, hanya saja memang kami belum menemukan sumber otentik. Silahkan beri kami data yang lebih valid, tidak menutup kemungkinan suatu saat kami mengamini hal tersebut.
Akhir kata, Prabu Siliwangi adalah sosok yang hebat, gambaran pemimpin yang ideal, patut kita hormati apalagi beliau termasuk salah satu leluhur kita. Namun perlu kita ingat, Prabu Siliwangi adalah manusia seperti kita juga, kadang berbuat salah, yang juga memiliki keterbatasan. Yang baik perlu kita tiru, yang salah dari beliau tidak perlu kita benarkan dengan cara mengarang-ngarang cerita agar beliau menjadi sosok yang sempurna. (WJK News)
Tidak kita jumpai satupun peninggalan sejarah yang benar-benar otentik yang menyebutkan bahwa tokoh tersebut menamai dirinya atau menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi. Gelar yang melegenda tersebut hanya berkembang di masyarakat untuk menyebut jati diri sang raja. Hal itu bisa kita jumpai dalam karya-karya sastra dan beberapa cerita lisan yang berkembang turun temurun. Masyarakat Sunda saat itu mengenal istilah “pamali” atau tabu, mereka merasa tidak sampai hati menyebut nama langsung dari tokoh yang sangat mereka hormati. Akhirnya nama Prabu Siliwangi menjadi pilihan terbaik untuk menyebut identitas sang raja.
Siapakah Prabu Siliwangi?
Siliwangi berasal dari kata “Silih” yang berarti menggantikan dan “Wangi” yang merujuk kepada tokoh Prabu Wangi. Jadi Siliwangi adalah yang menggantikan Prabu Wangi. Prabu Wangi adalah Maharaja Niskala Wastukancana, sehingga Siliwangi merupakan penerus dari raja tersebut.
Dari mulai Maharaja Niskala Wastukancana sampai keruntuhan kerajaan di tahun 1579, Kerajaan Sunda (yang di situs ini kemudian diteruskan dengan nama Kerajaan Pajajaran) terdapat 7 nama raja yang pernah berkuasa. Jadi sampai disini, ada 7 nama yang bisa jadi merupakan Prabu Siliwangi yang disebut dalam kisah-kisah.
Pengganti langsung dari Niskala Wastukancana adalah Dewa Niskala, namun dari beberapa kisah yang kami temui mengenai Prabu Siliwangi, biografi Dewa Niskala sama sekali berbeda dengan kisah-kisah tokoh Prabu Siliwangi. Yang sangat-sangat mendekati karakter Prabu Siliwangi justru Jayadewata yang merupakan penerus dari Dewa Niskala. Sehingga beberapa peneliti sejarah mengungkapkan bahwa istilah “pengganti” ini bukan “pengganti” dalam arti penerus langsung, tapi “pengganti” dalam artian memiliki ciri yang sama dengan objek yang digantikan. Seperti yang kita tahu bahwa Niskala Wastukancana dan Jayadewata adalah 2 tokoh yang membawa kerajaan mencapai puncak kejayaan dan dicintai rakyat Sunda.
Namun, di beberapa kisah pantun serta cerita lisan yang ada, raja-raja lain setelah Jayadewata pun memiliki karakter dan cerita yang sama dengan Prabu Siliwangi (meskipun secara kuantitas, kisahnya jauh lebih sedikit dibandingkan kemiripan kisah Prabu Siliwangi dengan Jayadewata).
Dari paparan diatas kami mengidentifikasikan bahwa ada 4 kemungkinan yang berkembang di masyarakat dalam kasus ini, yaitu:
- Tokoh Prabu Siliwangi hanyalah tokoh fiktif (asumsi ini sangat lemah, karena ada beberapa sumber historis meskipun sedikit tapi sudah cukup kuat membuktikan bahwa tokoh ini memang ditujukan kepada tokoh yang benar-benar pernah ada).
- Tokoh Prabu Siliwangi memang khusus ditujukan untuk tokoh Prabu Jayadewata.
- Tokoh Prabu Siliwangi ditujukan untuk raja-raja yang dimulai dari Prabu Jayadewata sampai yang terakhir (dalam hal ini, ada 6 orang raja yang digelari sebagai Prabu Siliwangi).
- Ada pencampuran kisah antara Prabu Jayadewata dan raja-raja sesudahnya menjadi satu tokoh yaitu Prabu Siliwangi.
Pembengkokan Fakta Prabu Siliwangi
Merupakan suatu fitrah, ketika manusia memerlukan suatu tokoh yang dijadikan panutan. Apalagi hampir beberapa dekade ini kita seolah tidak menemukan sosok yang pantas dijadikan tuntunan atau diidolakan (diluar konteks keagamaan). Maka ketika kita menemukan suatu cerita, sekalipun cerita itu tidak jelas asal usulnya,mengenai seorang tokoh besar nan hebat (apalagi tokoh tersebut berasal dari suku kita sendiri), kita langsung menelan bulat-bulat kisah tadi. Begitu pun dengan kisah-kisah mengenai Prabu Siliwangi, sebagian dari kita seolah-olah menemukan sosok idola. Bahkan menjadi pengkultusan yang mungkin terlalu berlebihan.
Minimnya sumber dan peninggalan sejarah mengenai tokoh tersebut kerap kali menjadi objek sasaran para pegiat klenik. Mereka mendompleng kebesaran dan kehebatan tokoh Prabu Siliwangi untuk kepentingan mereka.
Atau sering juga kita saksikan di layar kaca mengenai tayangan reality show yang menampilkan orang-orang yang katanya kerasukan. Lucunya, orang yang “kerasukan” tadi menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi. Lelucon macam apa ini? Silahkan telaah lagi paparan kami diatas, bahwa tidak ada satupun raja Sunda/Pajajaran yang menyebut dirinya sebagai Prabu Siliwangi. Dari satu kalimat itu saja sudah cukup menilai bahwa orang “kerasukan” tadi adalah orang yang sama sekali tidak mengenal realita sejarah. Atau jika memang benar ada jin yang merasuki ke diri orang tersebut, maka kami simpulkan bahwa jin tersebut tidak cukup pintar untuk mengelabui kami. Jangan tertipu!
Kisah-kisah lain yang lumayan sudah mendarah daging adalah kisah mengenai menghilangnya Prabu Siliwangi, memindahkan kerajaan ke dimensi lain, pertikaian dengan sang anak (Kian Santang) yang berbuntut dengan Prabu Siliwangi dikejar-kejar oleh anaknya itu, dan masih banyak rumor lain yang berkembang, yang seharusnya kita sebagai manusia yang dianugerahi nalar perlu menelaah terlebih dahulu kisah-kisah tadi, sebelum kita menganggap bahwa kisah-kisah tersebut adalah fakta sejarah.
Kisah penting lainnya mengenai Prabu Siliwangi adalah cerita yang mulai tersiar luas bahwa Prabu Siliwangi sebenarnya memeluk agama Islam. Secara bukti historis (yang otentik) kami pastikan tidak ada mengenai hal itu. Maaf, ini bukan perkara sentimen agama. Kami muslim, kami mencintai dan menghormati Prabu Siliwangi, tapi untuk kisah-kisah yang dipaksakan jelas-jelas kami tolak. Tanpa kisah itu, Islam sudah cukup besar dengan segala kebesarannya, Prabu Siliwangi sudah cukup hebat dengan segala sepak terjangnya. bagi kami itu sudah cukup, tidak perlu ada penggabungan kisah yang kesannya dipaksakan.
Mengenai Prabu Siliwangi beragama Islam, bukan berarti kami menutup mata dan telinga, namun sejauh ini kami tidak berpegang pada pemikiran saudara kita yang memiliki keyakinan seperti itu, hanya saja memang kami belum menemukan sumber otentik. Silahkan beri kami data yang lebih valid, tidak menutup kemungkinan suatu saat kami mengamini hal tersebut.
Akhir kata, Prabu Siliwangi adalah sosok yang hebat, gambaran pemimpin yang ideal, patut kita hormati apalagi beliau termasuk salah satu leluhur kita. Namun perlu kita ingat, Prabu Siliwangi adalah manusia seperti kita juga, kadang berbuat salah, yang juga memiliki keterbatasan. Yang baik perlu kita tiru, yang salah dari beliau tidak perlu kita benarkan dengan cara mengarang-ngarang cerita agar beliau menjadi sosok yang sempurna. (WJK News)
Fakta yg menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi (Prabu Jayadewata) beragama islam memang belum cukup kuat bukti sejarahya. Akan tetapi sebagai rujukan bahwa Prabu Siliwang (Prabu Jayadewata) menikahi Dewi Subanglarang putri Ki Gedeng Tapa penguasa Cirebon, yang mana Dewi Subanglarang adalah seorang santri dari Syech Qurrotul"ain (Syech Hasanudin) di Karawang. Dari pernikahan Prabu Siliwangi (Prabu Jayadewata) dengan Dewi Subang larang menurunkan putra yaitu Pangeran Walangsungsang yg kelak bergelar Prabu Cakrabuana penguasa Kraton Cirebon dan Dewi Rara Santang yang mana adalah ibu dari Syech Syarif Hidatullah (Kanjeng Sunan Gunung Jati).
ReplyDelete