Secara historis, aksara sunda
kuno mulai dipergunakan oleh masyarakat sunda pada abad ke-14 hingga abad
ke-18. Penggunaan aksara sunda ini mulai luntur seiring dengan datangnya
penjajah ke Indonesia. Penjajahan
itu nyatanya telah membuat Indonesia lupa pada budaya-budaya daerah yang
seharusnya dilestarikan. Tak
hanya itu, aksara sunda ini sebenarnya juga sedikit sudah luntur akibat ekspansi
kerajaan-kerajaan mataram islam.
Padahal, keberadaan aksara sunda
ini sangat penting. Bagaimana tidak? Coba kita tengok beberapa Negara yang mau
melestarikan huruf tradisionalnya seperti Jepang, Korea, dan India. Ketiga
Negara ini semakin terkenal dan makin menjadi unik dengan huruf tradisional
mereka. Huruf-huruf ini pun nyatanya juga bisa membuat Negara ini besar dan
mempunyai nilai lebih di mata dunia. Penggunaan huruf-huruf tradisional untuk
hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari membuat huruf tradisional mereka
semakin mudah untuk dilestarikan.
Bagaimana dengan Indonesia, khususnya
Sunda? Nasib aksara
sunda kuno ini nyaris sama dengan aksara-aksara kuno lain di Indonesia. Nyaris
terlupakan. Generasi muda yang bisa membaca huruf-huruf tradisional ini semakin
sedikit, bahkan langka. Tengok saja, ketika ada tulisan-tulisan kuno di
prasasti, generasi muda bahkan hanya melihatnya sebagai sebuah tulisan aneh. Mereka hanya bisa menangkap keindahan, tanpa ada rasa penasaran
dan keingintahuan tulisan apa yang ditulis di prasasti tersebut.
Pemerintah Bandung sebenarnya telah melakukan upaya untuk
melestarikan aksara sunda kuno ini. Seperti dengan menuliskan aksara tersebut
di plang-plang nama jalan dan meletakkannya di berbagai sudut kota. Terlepas
dari usaha ini akan berhasil atau tidak, itu sebenarnya kembali ke masyarakat,
mau belajar atau tidak. Yang dalam konteks ini belajar berarti melestarikan.
Jadi, kemauan untuk melestarikan budaya ini juga sangat diperlukan.
Setelah ada kemauan dari
masyarakat, seharusnya semuanya bisa diawali dari diri sendiri, keluarga, lalu
lingkungan. Pelestarian aksara sunda kuno ini masih mungkin dilakukan jika
masyarakat atau sesepuh menerapkan disiplin bagi anak cucunya untuk menggunakan
aksara sunda tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Saya yakin, masih banyak sekali sesepuh sunda
yang tahu huruf sunda kuna ini. Dan tulisan atau pun bahasa, sejatinya bisa
dipelajari dengan mudah jika dibiasakan. Jadi, bukan hanya pemerintah yang
berkecimpung. Pelestarian ini harus dilakuakan dari atas dan dari bawah, lalu terpusat di tengah. Lestari. (WJK News)
0 comments:
Post a Comment