Angklung, alat musik sunda yang
satu ini semakin terkenal sejak diresmikan oleh UNESCO sebagai sebuah karya
agung warisan budaya lisan dan non bendawi manusia pada tahun 2010, bulan
November. Angklung menjadi milik masyarakat Indonesia secara umum, kebanggaan
masyarakat Indonesia akan angklung menjadi bertambah. Banyak generasi muda yang
berbondong-bondong ingin mempelajari alat musik yang terbuat dari bambu ini.
Selain terkenal di seluruh masyarakat Indonesia, angklung juga dipakai oleh
beberapa orang sebagai wajah baru budaya Indonesia di tontonan televisi. Ada
juga iklan-iklan tertentu yang menayangkan angklung bersamabeberapa
pemainsehingga mengalunlah nada indahnya, menenangkan.
Kemasyhuran angklung bukan tidak
mungkin akan membuat permintaan akan alat musik daerah satu ini meningkat
tajam. Meski secara adat, angklung dipercaya dapat digunakan untuk memanggil
Dewi Sri, orang sudah terlanjur tertarik dengan suara khas-nya yang indah. Dan
beramai-ramai ingin memiliki alat musik satu ini. Bersama dengan itu, normalnya
tak hanya angklung yang mendapat perhatian. Bambu hitam, sebagai salah satu
bahan dasar pembuat angklung juga tidak boleh luput dari perhatian publik.
Karena semakin banyak angklung yang dibuat, maka akan semakin banyak pula bambu
yang akan dipotong untuk pembuatan angklung.
Nah, berbicara tentang bambu, tak
akan lepas dari ekosistem. Jika bambu hitam selalu diambil dan tidak pernah
mendapat perhatian atau hanya dieksplorasi saja. Maka bisa jadi ekosistem akan
tidak lagi seimbang. Hal ini jika terjadi terus menerus akan menimbulkan
kelangkaan bambu yang kemudian akan menyebabkan kelangkaan angklung juga. Tak
hanya itu, bambu baru-baru ini juga semakin diincar sebagai bahan dasar
pembuatan furnitur.
Nah, pemerintah Jawa Barat ternyata
sudah sadar akan hal tersebut, hal ini ditunjukkan dengan semakin
ditingkatkannya budi daya bambu hitam,walaupun sebenarnya bambu hitam tidak
hanya bisa diperoleh di daerah Bandung saja. Sejumlah daerah di Bandung seperti
di gua Pawon, sudah ditanami 2800 bambu hitam ini. Angka ini bisa
dikatakan cukup besar. Selain dapat menjadi bagian dari cara membudi dayakan
bambu, bambu hitam yang ada di gua tersebut juga bisa memanjakan pengunjung
yang sedang berwisata.
Ke depannya, budi daya bambu ini
perlu sekali ditingkatkan. Dengan jumlah yang lebih banyak dan daerah yang
semakin tersebar luas (tak hanya di satu titik). Selain dapat mengimbangi
jumlah produksi angklung dan furnitur. Hal ini juga akan menjadi pemicu perekonomian
para petani bambu. Oleh para entrepreneur muda, budi daya bambu hitam ini bisa
dilirik sebagai usaha baru yang menguntungkan. (WJK News)
0 comments:
Post a Comment