Kujang adalah salah satu pusaka yang berasal dari tatar Sunda. Berbeda dengan keris yang sudah melegenda, kujang memang sepertinya disembunyikan alias tidak dipertontonkan. Artinya, hanya beberapa orang yang mengerti tentang pusaka yang satu ini. Yaitu orang-orang yang mengerti dan senang mempelajari tentang budaya Indonesia secara lebih dalam dan lebih jauh. Ironisnya, generasi penerus seolah menjadi bagian yang terpisahkan dari kujang ini. Minimnya perhatian dari generasi muda membuat tetua khawatir pusaka ini akan mudah terlupakan.
Kujang sebagai salah satu pusaka, ternyata memiliki kegunaan lain. Jika keris identik dengan resi dan dibawa oleh resi, kujang ini sangatlah berbeda. Dia identik dengan ratu dan bisa menjadi simbol kepemimpinan, kewibawaan dan kebijaksanaan. Mengenai simbolisasi ini, jika dilihat dari fungsi kujang, kujang terbagi menjadi 4 di antaranya; satu, Kujang Pusaka yang dapat menggambarkan keagungan dan keselamatan. Dua, Kujang Pakarang yang dipakai sebagai alat berperang. Tiga, Kujang Pangarak dan kujang sajen yang dipakai saat upacara adat. Empat, Kujang Pamangkas yang sampai saat ini masih difungsikan untuk bertani. Simbolisasi kujang sesuai fungsinya ini diungkapkan oleh Budi Setiawan, pemerhati kujang.
September tahun lalu, tersiar kabar bahwa pusaka satu ini akan didaftarkan HAKI. Sebagai bentuk upaya masyarakat untuk menghindari klaim dari Negara lain seperti yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Dari sekitar 10 jenis kujang yang tergolong berdasarkan bentuk bilahnya, hanya tujuh kujang yang akan didaftarkan HAKI, yaitu kujang ciung, kujang badak, kujang naga, kujang wayang, kujang jago, kujang bangkong, dan kujang geni. Sedangkan kujang buta, kujang lanang, dan kujang kuntul belum direncanakan untuk didaftarkan.
Pendaftaran kujang di HAKI ini selain dapat menjadi tindakan positif untuk mencegah terjadinya klaim oleh Negara lain, sejatinya juga menjadi alarm atau alert bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, juga rakyat sunda khususnya. Tentunya, hal ini akan mengingatkan kita akan budaya bangsa ini yang sangat kaya dan meminta untuk terus dilestarikan. Dan siapa lagi generasi penerus yang akan ikut melestarikan kujang, jika bukan generasi muda. Untuk itulah, pemahaman mendalam yang dimulai dari diri sendiri, sedikit demi sedikit akan memberikan tambahan ilmu dan khasanah baru bagi budaya bangsa ini. Belajar tentang sejarah kujang dari literatur yang ada dan mempelajari kujang secara langsung di lapangan (termasuk cara pakainya) adalah salah satu bentuk kepedulian yang sangat diperlukan.
(WJK News)
0 comments:
Post a Comment