Pantun sunda merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan. Pantun adalah cerita tutur yang berbentuk sastra sunda lama. Pantun disajikan dalam bentuk prolog berupa paparan, dialog, dan terkadang dengan nyanyian. Dalam pertunjukan pantun biasanya selalu diiringi dengan alat musik berupa kecapi. Orang yang menyajikan pantun disebut tukang pantun atau juru pantun. Dan tukang pantun jugalah yang memetik kecapi saat berpantun. Dulu, hanya satu jenis kecapi yang dipakai untuk mengiringi pertunjukan ini, yaitu kecapi kecil berdawai tujuh. Lalu berkembang menjadi kecapi gelung dan kecapi siter. Perkembangan ini seiring dengan berkembangnya seni tembang Cianjuran.
Sejarah Pantun Sunda: Sejak Zaman Siliwangi
Dalam sebuah naskah yang ditulis pada tahun 1518 Masehi, Siksa Kandang Karesyan, disebutkan bahwa seni pantun merupakan seni yang usianya cukup tua. Seni ini sudah digunakan sejak zaman Langgalarang, Siliwangi, dan juga Banyakcatra. Cerita yang disampaikan dalam pantun tersebut berkisar antara cerita sunda tentang 3 zaman tersebut ditambah dengan cerita haturwangi, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, cerita pantun ini merambah ke cerita-cerita yang lebih luas, yaitu cerita tentang Lutung Kasarung, Ciung Wanara, dan Mundinglaya Dikusumah. Cerita dengdeng Pati Jayaperang, Ratu Bungsu Kamajaya, dan Demung Kalagan juga ikut menghiasi pantun-pantun sunda.
Sejarah pantun ini juga bisa ditemukan dalam sebuah naskah kuno, yaitu lewat pantun yang dituturkan oleh Ki Buyut Rambeng, pantun Bogor. Perlu diketahui bahwa salah satu masyarakat sunda kuno yang sangat senang dengan seni pantun adalah masyarakat Kanekes. Biasanya, mereka menggunakan pantun dalam acara-acara ritual, judul yang biasanya dipakai adalah Langgarsari Kolot dan Langgarsari Ngora.
Perkembangan dan Eksistensinya Kini
Jika dulu pantun hanya hadir saat ritual adat, pada perkembangannya seni pertunjukan pantun bisa menjadi hiburan bagi masyarakat. Seni pertunjukan ini pun bisa diterima dengan mudah sehingga dapat dikatakan berkembang pesat. Bahkan, bisa dibilang pantun sunda masih nge-trend hingga sekarang. Di zaman yang serba praktis ini, sastra sunda kuno masih dibudayakan di masyarakat sehingga dapat lestari. Tidak berlebihan jika pantun sunda disebut sebagai budaya sunda yang tetap exist dulu, kini, dan nanti. Meskipun dengan sedikit pergeseran, kehadirannya kini patut mendapatkan apresiasi. (WJK News)
Sejarah Pantun Sunda: Sejak Zaman Siliwangi
Dalam sebuah naskah yang ditulis pada tahun 1518 Masehi, Siksa Kandang Karesyan, disebutkan bahwa seni pantun merupakan seni yang usianya cukup tua. Seni ini sudah digunakan sejak zaman Langgalarang, Siliwangi, dan juga Banyakcatra. Cerita yang disampaikan dalam pantun tersebut berkisar antara cerita sunda tentang 3 zaman tersebut ditambah dengan cerita haturwangi, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, cerita pantun ini merambah ke cerita-cerita yang lebih luas, yaitu cerita tentang Lutung Kasarung, Ciung Wanara, dan Mundinglaya Dikusumah. Cerita dengdeng Pati Jayaperang, Ratu Bungsu Kamajaya, dan Demung Kalagan juga ikut menghiasi pantun-pantun sunda.
Sejarah pantun ini juga bisa ditemukan dalam sebuah naskah kuno, yaitu lewat pantun yang dituturkan oleh Ki Buyut Rambeng, pantun Bogor. Perlu diketahui bahwa salah satu masyarakat sunda kuno yang sangat senang dengan seni pantun adalah masyarakat Kanekes. Biasanya, mereka menggunakan pantun dalam acara-acara ritual, judul yang biasanya dipakai adalah Langgarsari Kolot dan Langgarsari Ngora.
Perkembangan dan Eksistensinya Kini
Jika dulu pantun hanya hadir saat ritual adat, pada perkembangannya seni pertunjukan pantun bisa menjadi hiburan bagi masyarakat. Seni pertunjukan ini pun bisa diterima dengan mudah sehingga dapat dikatakan berkembang pesat. Bahkan, bisa dibilang pantun sunda masih nge-trend hingga sekarang. Di zaman yang serba praktis ini, sastra sunda kuno masih dibudayakan di masyarakat sehingga dapat lestari. Tidak berlebihan jika pantun sunda disebut sebagai budaya sunda yang tetap exist dulu, kini, dan nanti. Meskipun dengan sedikit pergeseran, kehadirannya kini patut mendapatkan apresiasi. (WJK News)
0 comments:
Post a Comment